Senin, 22 Maret 2010

Lobow - terus bersinar

Bila Aku adalah Engkau
Bila Esok terus Menanti
Adakah Ruang / Waktu untuk Menyapa
Dan Merasakan yang Kurasakan

Bila Esok adalah awal
Adakah Harapan menjadi milikku
Bila Esok adalah Akhir
Masihkah senyuman kau beri
untukku selalu untukku

Bila Engkau adalah Aku
Bila Cinta terus Merekah
Adakah cara untuk mengungkap
Dan mengisahkan segalanya

Bila hati terus terjaga
pastikan keajaiban
menanti di hadapanmu
Bila janji terus kau genggam
pastikan cahaya jiwamu
takkan redup
dan terus bersinar…
dan terus bersinar

Bila janji terus kau genggam
pastikan cahaya
jiwamu takkan redup
Bila hati terus terjaga
pastikan keajaiban
menanti di hadapanmu

Bila janji terus kau genggam
pastikan cahaya
jiwamu takkan redup
dan terus bersinar… adalah akhir
pastikan cahay jiwamu
takkan redup
dan terus bersinar

Suara _ Hijau DAun

Disini aku masih sendiri
Merenungi hari-hari sepi
Aku tanpamu
Masih tanpamu

Bila esok hari datang lagi
Ku coba untuk hadapi semua ini
Meski tanpamu
Meski tanpamu

Bila aku dapat bintang yang berpijar
Mentari yang tenang bersamaku disini
Ku dapat tertawa menangis merenung
Di tempat ini aku bertahan

Suara dengarkanlah aku
Apa kabarnya pujaan hatiku
Aku disini menunggunya
Masih berharap di dalam hatinya
Suara dengarkanlah aku
Apakah aku s’lalu dihatinya
Aku disini menunggunya
Masih berharap di dalam hatinya

Kalau aku masih tetap disini
Ku lewati semua yang terjadi
Aku menunggumu
Aku menunggu

Hilang

Bintang malam kemanakah ia gerangan?
Tak sedikitpun ia meninggalkan jejak
juga bayang… siang atau malam
Adakah rindu ini harus kugenggam,
Hingga esok hari kujelang…

Ku menyayanginya dari lubuk hati
Tetap merindunya meski t’lah pergi
Ku hanya ingin melihat, namun itu pun tak mungkin lagi
Tidakkah rasa ini harusnya mati

dan hilang dari hidupku ini

Senantiasa

Senantiasa
Ku mencoba tuk s’lalu ada
Saat kau menangisi duka
Atau saat berbagi tawa

Senantiasa
Tak pernah cukup mudah
Namun hasrat membuatku bisa
Tentangmu adalah asa

Senantiasa
Kuhindari menorehkan luka
Membuatmu s’lalu bahagia
Kemarin, kini dan sepanjang masa

Letih

Letih… ku berdiri di bawah terik mentari
Semenjak engkau melangkah menjauh pergi
Hingga rambut ini mulai memutih
Masih… tak kutemui engkau kembali

Letih… hanya saja raga ini b’lumlah mati
Hingga jiwa terus saja meminta tuk menunggumu disini
Sampai engkau hadir…
Sampai larut penantian menjadi bagian dari takdir

RINDU

Aku tak pernah berlari meninggalkanmu !
Melangkah menjauhi pun tak pernah terlintas
Aku masih disini…. Aku masih ada…
Namun sebait pun kini tak sempat lagi kubuat

Setiap hari kuhanya bisa berkata pada hati
Besok mungkin dapat kuluangkan waktu lagi
Tuk menulis tentang hati…
Dalam sebentuk puisi

Nyatanya aku tak pernah sempat
Ragaku s’lalu saja terlebih dahulu penat
Sehingga asa dan rasa tak pernah sempat
Dapatkan waktu yang tepat untuk puisi-puisi baru kubuat

Hingga sekali lagi di pagi ini
Kerinduan pada puisi kembali menjadi
Curahan hatiku dalam sebentuk puisi
Semoga esok aku bisa segera kembali

joke

Bagaimana cara melipatgandakan uang dengan cepat?


Taruh di depan kaca!heeeee

joke

Ada dua orang bapak dan dua orang anak, mereka pergi ke hutan untuk berburu kancil, sialnya mereka hanya dapat tiga ekor, tetapi waktu kembali ke rumah, masing-masing membawa satu ekor. Mungkinkah atau mustahil???

Jawaban disertai alasan: yang pergi berburu hanya 3 orang, seorang kakek, seorang ayah dan seorang anak, tul nggak? Mikir dong hehehe… :d

Trio Detektif Dadakan

: Trio Detektif Dadakan


Pada saat suatu sore, angin berhembus dengan sejuknya, burung-burung berkicau-kicau merdu diantara daun-daun pohon.... (halah), mereka sedang duduk duduk diwarung yang sebenernya udah agak-agak doyong (nah tuh, kayak judul dangdut), tapi warung inilah yang sering dijadikan tempat berkumpul.
"Eh eh........ Tau ga....", kata Ujang, tapi Uchal langsung menjawab
"Ga....."
"Hihihii", Abon cekikikan kayak kunti
"Yeeee.... Denger dulu dong, jangan maen terobos, kayak angkot aje ah", kata Ujang
"Iya iya aku dengerin..... Emang ada apa?", tanya Uchal
"2 hari yang lalu ada rumah yang kemalingan tau......", kata Juned
"APAAAAA?!! Maca ciih?", Abon so imut
"So imut banget kau bon! Hahaha!", kata Uchal
"Saya kan cewek, jadi memang nyatanya saya itu imut, kalo kalian kan cowok, jadi ga boleh so imut, hahahaha", Abon tertawa
"Terserah, iya aja lah, dari pada bonyok.... Ngomong-ngomong, emang beneran jang ada maling? serius?", kata Uchal
"Serius.... Sekarang disini rawan maling, warganya jarang ada yang mau ronda siih....", kata Ujang
"OMG........ Jangan jangan kemaren sepatuku ilang gara-gara diambil maling itu juga....", kata Uchal
"Pembohongan publik! Mana ada maling yang mau ngambil sepatu kamu yang baunya minta ampun itu....... Hahahaaaaa", Abon tertawa
"Iya, bener kata si Abon, tu sepatu mungkin ga pernah dicuci kali yeee, jadi baunya udah jadi kayak bangke gitu....", kata Ujang
"Kemaren aja kucing dirumahku pingsan n kejang-kejang gara-gara aroma sepatu itu....", kata Abon
"Aduuh..... Jadi maluuu.... Kok jadi ngomongin sepatu, kita tadi ngomongin apa sih?", kata Uchal
"Ngomongin apa ya.....", Ujang mulai ga jelas, Abon pun ikut-ikutan
"Mari kita berpikir...."
(5 menit kemudian)
"AHA!!!" Abon berteriak
"Ssssst! Gaje (Ga Jelas) ah kalian berdua....." kata Uchal
"Eh, gimana kalo ntar malem kita bertiga kumpul di Pos ronda, siapa tau kita bisa mergokin maling, kan sekolah lagi libur, setuju?", kata Ujang
"Boleh boleh, kayaknya asyik tuh, haha", kata Uchal
"Ih, apa ga serem?", tanya Abon
"Ya ga lah bon, kan kita bertiga.....", kata Uchal
"Oh..... Ya udah deh, setuju...", kata Abon
"Jam 9 kita kumpul ya di pos ronda, bawa senter, sarung, poko'nya apapun yang kalian butuhin deh, asal jangan gotong-gotong rumah kalian aja, hahahaha", Ujang tertawa
"Okelah kalo beg beg begitu......", kata Uchal
Tidak lama kemudian Mang Gembul, tukang gorengan di desa ini datang, yang satu ini beda, agak gaul, karena dia berjualan gorengan dengan gerobak penuh hiasan metal dan penuh warna hitam, yaaaaaa..... memang kedengaran agak aneh, tapi itulah kata-kata yang terpikir dalam pikiran saya, si pengarang cerita, kalau pengen lebih lagi.... BAYAR!!!
Back to the story..... (so inggris)
"Eeeh! Ada Mang gembul tuh, beli gorengan yuk", kata Abon
"Ada uangnya ga?", tanya Ujang
"Ga ada...... Hehe", Abon nyengir
"Huuu..... Ga modal, hahaha!", Uchal tertawa
"Mau beli gorengan neng? atau mau ngutang lagi? kemaren aja gope lom dibayar....", kata Mang Gembul
"Yaelah mang, besok saya bayar deh..... Ngutang gope lg ya mang, hehe", Abon agak merayu
"Oke deeeh, tapi besok bayar ya neng....", kata Mang Gembul
"Okelah.... Tenang aja...", kata Abon sambil mengambil gehu yang harganya gope
"Ujang sama Uchal mau beli gorengan juga?", tanya Mang Gembul
"Ga ah mang, Uchal lagi memperbagus suara", kata Uchal
"Ujang juga ga mang, lagi batuk", kata Ujang, padahal saya juga pengarangnya tau, kalo mereka itu ga punya duit, hahahahaha
"Oh, ya udah deh......", kata Mang Gembul sambil berjalan pergi dan tentunya juga sambil mendorong gerobak gorengannya.
"Aduh, gorengan gehu nya enak, hahaha!", kata Abon
"Ah, kamu mah paku digoreng juga kayaknya enak aja bon", kata Uchal.
Mereka pun pulang ke rumah masing-masing untuk bersiap-siap.
Uchal, Abon, dan Ujang adalah tiga orang sahabat yang tinggal di sebuah desa terpencil yang lumayan jauh dari kota, penduduk di desa itu kebanyakan pekerjaannya sebagai petani, termasuk orang tua Ujang dan Abon, tapi beda dengan orang tua Uchal, ayah Uchal bekerja sebagai Dokter yang baru 2 bulan ditugaskan dari Kota untuk menetap di Desa. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak Uchal baru pindah ke desa, dan mereka sama-sama memiliki selera humor yang sangat tinggi, karena itulah mereka sangat dekat dan sering bersama-sama. Umur mereka bertiga sama, 17 tahun.
Jarum jam menunjukan tepat Jam 8.30 malam, Uchal masih asik menonton tv dirumahnya.
"Chal, memang kamu mau kemana?", Ayahnya bertanya
"Aku udah janjian sama Abon dan Uchal, jam 9 mau kumpul di Pos Ronda", jawab Uchal
Ibunya pun datang dari arah dapur dan langsung bertanya
"Emang mau ngapain chal?"
"Ada deeh poko'nya..... Hahahai", kata Uchal
"Ah dasar kmu chal, tapi awas, jangan berbuat yang macem macem ya", Ayahnya mengingatkan
"Oke yaaaah.... Tenang aja, uchal kan anak baik, hehe", kata Uchal sambil nyengir.
Waktu yang ditentukan telah datang, jam sudah menunjukan pukul 9 malam, Uchal, Abon dan Ujang pun bertemu di Pos ronda.
"Eh, sepi bener yee disini, ckckck", kata Uchal
"Setiap malem juga begini kali chal.....", kata Ujang
"Tapi disini gelap banget sih, emangnya ga ada yang pasangin penerangan?", kata Abon sambil memegang senternya
"Ga apa apa bon, justru kalo gelap gini, kita ga akan mudah keliatan sama maling", kata Ujang
"Emang kamu yakin jang malem ini ada maling yang lewat sini??", tanya Abon
"Kita liat aja nanti...... Eh, aku bawa singkong goreng nih, mau mau?", kata Ujang
"Mauuu!", kata Abon dan Uchal berbarengan.
Malam itu mereka bertiga tetap berada di Pos Ronda ditemani sekotak singkong goreng, bahkan hingga tengah malam mereka tetap dipos ronda itu, begadang semalaman... (udah kayak kalong dah tuh), dan tepat pada jam 1 pagi, mereka bertiga mendengar suara aneh, seperti orang sedang berusaha membuka atau mencungkil kunci jendela.
"Ssst..... kalian denger ga?", kata Uchal sambil berbisik
"Hmmm? Apa?", kata Abon yang sudah mengantuk
"Iya iya, suara dari mana tuh?", kata Ujang
"Kayaknya dari rumah pak tarjo deh......", kata Uchal
"Kita kesana aja yuk..... Tapi jangan berisik ya", kata Ujang
Uchal, Ujang, dan Abon berjalan mengendap-ngendap menuju rumah pak Tarjo, juragan kerupuk didesa ini. Uchal berjalan didepan, Ujang ditengah dan Abon dibelakang. Tiba-tiba Uchal berhenti mendadak sehingga Ujang dan Abon saling bertabrakan, mereka langsung bersembunyi.
"Eh, beneran, ada maling....", kata Uchal sambil melihat orang dengan pakaian hitam dan memakai penutup kepala, tapi terlihat lebih mirip kaos kaki yang dimasukin ke kepala.
"Trus gimana nih??", kata Abon
"Abon, kamu mending kerumah Pak RT aja, laporin kalo disini ada maling, biar aku n uchal yang ngurus ni maling, oke oke!", kata Ujang
"Oke....", kata Abon, dia pun langsung berjalan ke rumah Pak RT
"Jang, emang kamu berani?", tanya Uchal
"Sebenernya takut juga siih, tapi ga apa, kita lawan aja", kata Ujang
"Trus sekarang gimana nih??", kata Uchal
"Kita mulai sekarang, ini saatnya kita beraksi....", kata Ujang, rambut dan sarungnya berkibar-kibar terkena angin yang lama-lama makin membesar
"Aduh, aduuh, angin dari mana nih? BERENTI!", tanya Ujang
"Hihihi!", Uchal cekikikan sambil pegang sebuah blower, masalahnya saya pengarangnya juga ga tau ni uchal dapet blower dari mana.
Ujang pun mengambil batu yang ada didekat kakinya, dan langsung melemparkannya ke arah maling, batu itu mengenai punggung si maling yang sedang terus mencoba membuka jendela.
"Eh copot eh copot eh copot! Apaan tuuuuuh!!! POCOOOOOONG!!", si Maling ternyata latah.... OMG!
Uchal dan Ujang hanya cekikikan, mereka melihat lampu rumah Pak Tarjo menyala setelah maling itu mengeluarkan kata-kata latahnya, maling itu mencoba berlari ke arah kanan, tapi tiba-tiba....
GEDUUBRAAAAAK!!
Suara apakah itu?
Hayo pada ga tau kan?
ENG ING ENG!
JEGEEEEEEEEEEEER! (halah)
Tragis, maling itu pingsan karena menabrak Jendela yang dibuka tiba-tiba oleh Pak Tarjo, mungkin karena terburu-buru, kepala Pak Tarjo keluar dari jendela untuk melihat (tapi lebih mirip kepala kura-kura yang keluar dari tempurung :D).
"MALIIIIING!", Pak Tarjo teriak dan langsung berlari keluar rumah
"Haaa! Ya ampuun..... Tragis bener tu maling, ampe kejeduk jendela gitu, padahal aku maunya ada actionnya", kata Ujang
"Iya ya, kurang action, salah pengarangnya tuh..... (lho? :D), tapi..... Huahahahahaha!! Lucu!", Uchal malah tertawa sampai sampai membangunkan semua orang dirumah yang jaraknya tidak terlalu berjauhan.
Tidak lama setelah itu, Abon datang bersama Pak RT dan beberapa Warga.
"Ujang, uchal, kenapa tuh maling? Kok pingsan?", kata Abon
"Tragis bon, tapi lucu, hahaha", kata Uchal
Beberapa warga datang dan membawa maling itu untuk dibawa ke kantor polisi
"Untung kalian melapor, jadi malingnya bisa tertangkap, mungkin yang kemarin mengambil barang-barang pak Paijo juga maling yang sama", kata Pak RT
"Waaaaah..... Ternyata ada maling, tapi ada ya maling latah.... Hahahaaaa", kata Pak Tarjo yang keluar rumah dengan menggunakan sarung
"Itu tadi gara-gara kena batu lemparan saya lho paaaak..... (bangga), tapi saya juga ga nyangka tu maling latah", kata Ujang
"Pak, warga disini kenapa ga suka pada ronda? Kan desa kita jadi rawan maling....", kata Uchal
"Warga disini kurang rajin buat ronda, tapi setelah ini, dijamin, pasti jadi rajin", kata Pak RT
"Beneran kan paaak?", tanya Abon
"Iya iya..... Tenang....", kata Pak RT sambil mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya, ternyata..... Uang!
"Nih, buat kalian, masing-masing 20 ribu ya..... Sebagai hadiah karena kalian udah membantu menangkap maling", kata Pak RT
"Aduh paaaak, tau aja kalo saya lagi punya hutang sama Mamang Gembul....", kata Abon
"HUS! Abon, ga sopan!", kata Uchal
"Hehehee.....", Abon nyengir kayak kuda (pada tau ga, kuda nyengir kayak gimana?)
"Makasih ya pak....", kata Ujang
"Iya sama-sama", kata Pak RT
"Huaaaaaaaam! Ngantuk....", kata Abon
"Ya udah yuk, pulang aja, hehe", kata Uchal, rumah Abon dan Uchal memang lumayan dekat, bisa dibilang tetanggaan gitu deeeh.... (Jiaaaah)
"Jang, ga apa ya sendirian pulangnya, awas ntar dijalan ketemu temen-temenmu, Kunti and the geng, hahahahaha", kata Abon
"Jiahahaha! Enak aja! Masa kunti and the geng....", kata Ujang
Uchal, Ujang, Abon, Pak RT dan beberapa warga itu pun akhirnya pulang kerumah masing-masing (masa ke rumah orang).
Mulai saat itu warga didesa ini menjadi rajin ronda setiap malam, pos ronda pun sekarang sudah diberi penerangan dan sering dikunjungi orang-orang, maling latah itu pun tidak pernah kembali lagi, dia ditahan dikantor polisi karena ternyata dia sudah sering menjadi bulan-bulanan warga desa lain, tentunya juga karena ketahuan maling. Abon juga sudah membayar hutangnya seribu kepada Mang Gembul, tapi ada satu keapesan, Ujang, ternyata kata-kata Abon benar, dia bertemu Kunti and the geng dijalan saat dia pulang, sungguh kasian, semoga saja dia tidak trauma berlebih karena kejadian itu.

Burung Gagak dan Sebuah Kendi

Burung Gagak dan Sebuah Kendi

Aesop



Burung gagak dan sebuah kendiPada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.

Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.

Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.

Semut dan Belalang

Semut dan Belalang

Aesop



Semut dan BelalangPada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.

"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"

"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."

Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.

"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.

Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.

Dua Ekor Kambing

Dua Ekor Kambing

Aesop



Dua ekor kambingDua ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang berlawanan di sebuah pegunungan yang curam, saat itu secara kebetulan mereka secara bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang yang dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan tersebut sangatlah kecil sehingga tidak dapat dilalui secara bersamaan oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor kambing. Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling berani pun akan menjadi ketakutan. Tetapi kedua kambing tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka tidak membiarkan mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada kambing lainnya.

Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di bawahnya.

Lebih baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.

Keledai dan Garam Muatannya

Keledai dan Garam Muatannya

Aesop



Keledai dan keranjang sponsSeorang pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut. Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.

Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.

Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.

Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.

Pemerah Susu dan Ember nya

Pemerah Susu dan Ember nya

Aesop



Pemerah susu dan ember berisi susu yang tumpahSeorang wanita pemerah susu telah memerah susu dari beberapa ekor sapi dan berjalan pulang kembali dari peternakan, dengan seember susu yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan pulang, dia berpikir dan membayang-bayangkan rencananya kedepan.

"Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan memberikan saya banyak cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam muda yang sehat. Pada suatu saat, saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya akan membeli baju-baju yang cantik untuk di pakai ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!"

Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru beserta kebanggaannya.

Jangan menghitung ayam yang belum menetas.

Si Pelit

Si Pelit

Aesop



Pengembara dan si Pelit yang kehilangan hartaSeorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.

Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.

Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.

"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"

"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"

"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.

Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.

"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"

Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.

Dua Orang Pengembara dan Seekor Beruang

Dua Orang Pengembara dan Seekor Beruang

Aesop



Dua pengembara dan seekor beruang

Dua orang berjalan mengembara bersama-sama melalui sebuah hutan yang lebat. Saat itu tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar keluar dari semak-semak di dekat mereka.

Salah satu pengembara, hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya, memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengannya.

Pengembara yang lain, merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat besar itu sendirian, melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal. Dia sering mendengar bahwa beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal.

Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan pergi.

Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.

"Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu"

"Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya."

Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.

Anjing dan Bayangannya

Anjing dan Bayangannya

Aesop



Anjing dan bayangan dirinyaSeekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.

Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.

Sangatlah bodoh memiliki sifat yang serakah

Kerbau dan Kambing

Kerbau dan Kambing

Aesop



Kerbau dan KambingSeekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.

Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."

Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.

Perjuangan Pohon Bambu

Perjuangan Pohon Bambu




Pada suatu waktu aku merasa sangat jenuh dan bosan dengan kehidupan ini dan ingin berhenti dari semuanya, berhenti dari pekerjaan, hubungan, spiritual... dan berhenti untuk hidup.

Aku pergi ke tengah hutan dan ingin berbicara untuk yang terakhir kalinya dengan Sang Pencipta.

"Tuhan, mohon berikan saya satu alasan untuk tetap hidup dan berjuang?"

Ternyata jawaban Maha Pencipta yang Agung sangat mengejutkan....

"Lihat di sekelilingmu, apakah kamu melihat tanaman Semak dan pohon Bambu?

"Ya," jawabku.

Yang Maha Pencipta mulai bertutur:

"Saat aku menanam benih Semak dan Bambu, aku memelihara mereka dengan sangat baik dan hati-hati. Aku memberi mereka sinar matahari, menyirami dengan air seadil-adilnya. Tanaman Semak tumbuh dengan sangat cepat. Daun-daunnya yang hijau tumbuh rimbun sampai menutupi tanah disekelilingnya. Sedangkan benih Bambu belum memperlihatkan apapun.

Tetapi aku tidak menyerah dan tetap memelihara mereka dengan baik dan adil. Pada Tahun ke-2, tanaman Semak tumbuh makin subur, rimbun dan makin bertambah banyak. Tetapi, benih Bambu tetap belum memperlihatkan tanda-tanda pertumbuhan.

Pada tahun ke-3, benih Bambu masih sama seperti sebelumnya. Tetapi, tetap Aku tidak menyerah. Begitu juga dengan tahun ke-4 masih sama saja. Aku bertahan untuk tidak menyerah.

Kemudian, pada tahun ke-5, tunas kecil mulai muncul dari benih bambu. Jika dibandingkan dengan tanaman semak, tunas ini sangat kecil dan sepertinya tidak sebanding dengan tanaman semak.

Tetapi 6 bulan kemudian pohon Bambu tumbuh hingga mencapai ketinggian 100 kaki.
Ternyata Bambu menghabiskan waktu 5 tahun untuk menumbuhkan dan menguatkan akarnya. Akar-akar tersebut membuat Bambu menjadi sangat kuat sehingga kokoh menghadapi keadaan alam yang berubah-ubah. Bahkan pohon Bambu sangat berguna untuk kehidupan.

Aku tidak akan memberikan cobaan yang lebih berat dari kemampuannya kepada ciptaanku."

Aku terdiam. Menyimak baik-baik.

"Anakku, apakah kamu sadar, selama ini kamu telah berjuang dan memperkuat akar? Aku tidak menyerah saat menanam benih dan memelihara pohon Bambu, begitu juga denganmu. Jangan membandingkan dirimu dengan yang lain. Bambu mempunyai fungsi yang berbeda dengan Semak, tetapi tetap mereka membuat hutan menjadi indah. Waktumu akan tiba dan kamu akan tumbuh dengan tinggi."

"Tetapi, seberapa tinggi saya harus tumbuh?" tanyaku.

Maha Pencipta menjawab: "Seberapa tinggi pohon Bambu tumbuh?"

"Apakah setinggi kemampuan dan usahanya?" tanyaku lagi

"Benar Anakku. Berusahalah sebaik dan semaksimal mungkin."

Kemudian aku pergi meninggalkan hutan dengan membawa kisah ini. Aku harap kisah ini dapat membantumu melihat bahwa Tuhan tidak pernah menyerah untukmu.

Jangan pernah menyesali setiap hari dalam hidupmu. Hari-hari yang baik memberi kebahagiaan; hari-hari yang buruk memberi pengalaman tak ternilai; keduanya sangat berharga.

Selasa, 02 Maret 2010

conditional sentences

Conditional (Kalimat Pengandaian) menjelaskan bahwa sebuah kegiatan bertentangan dengan kegiatan yang lain. Conditional yang paling umum adalah Real Conditonal dan Unreal Conditonal, kadang-kadang disebut juga if-clauses.

Real Conditional (sering juga disebut juga dengan Conditional Tipe I) yang menggambarkan tentang mengandai-andai sesuai dengan fakta.

Unreal Conditional (sering juga disebut sebagai Conditional Tipe II) yang menggambarkan tentang pengandaian yang tidak nyata atau berimajinasi.

Ada juga Conditional yang ke-3 yang sering disebut dengan Conditional Tipe III, digunakan sebagai penyesalan yang terjadi di masa lampau dan zero conditional, digunakan untuk mengekspresikan sesuatu yang sudah pasti benar.

Catatan: Jika klausa "if" diletakkan di awal kalimat, kita harus menggunakan �koma�. Sebaliknya jika klausa "if" berada di belakang, maka tidak perlu ada koma

Zero Conditional

Digunakan untuk mengekspresikan kebenaran umum. Tense yang digunakan biasanya Present Simple Tense

Rumus

(Klausa IF)

(Induk Kalimat)

If you heat water to 100�C,

it boils.

Atau

(Induk Kalimat)

(Klausa IF)

Water boils

if you heat it to 100�C,

Contoh:

  • If you drop an apple, it falls. = An apple falls, if you drop it.
  • If you don't do your homework, I will be disappointed. = I will be disappointed, if you don't do your homework.

Catatan: Pada tipe ini, �if� sering digantikan dengan "when"

Conditional I

Digunakan untuk mengekspresikan pengandaian yang dibuat berdasarkan fakta di masa sekarang atau masa yang akan datang dan pengandaian ini bisa saja terjadi. Klausa �if� biasanya dalam bentuk Present Simple Tense.

Rumus

(Klausa IF)

(Induk Kalimat)

If I see you tomorrow,

I will buy you a drink.

Atau

(Induk Kalimat)

(Klausa IF)

I will buy you a drink

if I see you tomorrow.

Kita sering menggunakan unless yang artinya 'jika... tidak.

Rumus

(Klausa IF)

(Induk Kalimat)

Unless you hand in your homework,

I won't mark it.

Artinya

If you don't hand in your homework,

I won't mark it.

Atau

(Induk Kalimat)

(Klausa IF)

I won't mark your homework

unless you hand it in.

Artinya

I won't mark your homework

if you don't hand it in.

Catatan: Kita tidak pernah menggunakan will, atau won't dalam Klausa IF.

Contoh:

  • If I have time today, I will phone my friend. = I will phone my friend, if I have time today.
  • If I go to England, I will buy some Cheddar cheese. = I will buy some Cheddar cheese, if I go to England.

Conditional Tipe II

Digunakan untuk mengekspresikan situasi yang tidak nyata di masa sekarang atau masa yang akan datang. Tipe ini digunakan untuk mengekspresikan sebuah harapan. Tenses yang digunakan dalam klausa IF adalah Past Simple Tense.

Rumus

(Klausa IF)

(Induk Kalimat)

If I won the lottery,

I would buy a new house.

Atau

(Induk Kalimat)

(Klausa IF)

I would buy a new house

if I won the lottery.

Catatan: Jangan gunakan would atau wouldn't dalam Klausa IF.

Contoh:

If I were you, I wouldn't do that. = I wouldn't do that, if I were you.

If I had more time, I would do more on my websites. = I would do more on my websites, if I had more time.

Conditional Tipe III

Digunakan untuk mengekspresikan sebuah kondisi di masa yang lampau yang tidak mungkin akan terjadi lagi. Sering digunakan untuk mengkritik atau penyesalan. Tenses yang digunakan dalam Klausa IF adalah Past Perfect Tense.

Rumus

(Klausa IF)

(Induk Kalimat)

If I had worked harder,

I would have passed my exam.

If I had worked harder,

I could have passed my exam.

If I had worked harder,

I should have passed my exam.

Atau

(Induk Kalimat)

(Klausa IF)

I would have passed my exam

if I had worked harder.

I could have passed my exam

if I had worked harder.

I should have passed my exam

if I had worked harder.

Catatan: Jangan gunakan would have atau wouldn't have, dll dalam Klausa IF.

Contoh:

  • If I hadn't helped you, you would have failed. = You would have failed, if I hadn't helped you.
  • If it had been sunny, we could have gone out. = We could have gone out, if it had been.

sumber : google